Ulang Tahun.
Dulu ketika masih kecil, saya sering menerima hadiah ulang tahun dari orang tua, saudara-saudara, dan teman-teman. Terutama kalau ulang tahunnya dirayakan. Semakin besar, pemberiannya berbeda-beda. Setelah kawin dan punya anak, biasanya keluarga kecil yang memberikan kado. Dan ngga jarang juga, saya memberikan kado ke diri sendiri alias beli barang yang disukai (belum tentu dibutuhkan).
Sehari-hari, saya sering minta sesuatu ke Tuhan, kadang diberi, kadang tidak atau ditunda. Saya percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik ke kita. Nah, ada waktu saya meminta sesuatu pada hari ulang tahun saya. Saya pernah meminta sejumlah uang kontan (iya kontan…), meminta materi ini itu, dll. Dan tidak terkabul. Kadang kecewa, kadang tidak kecewa (karena tahu yang diminta agak aneh).
November kemaren papa tercinta saya meninggal, dan saya sedih sekail… Pas kemaren beberapa hari sebelum akhir tahun, saya meminta ke Tuhan, hadiah yang baik. Ngga lama kemudian saya diingatkan sesuatu (mungkin Tuhan yang ingatkan), sejak saya dilahirkan saya udah dikasih hadiah yang terbaik. Saya diberikan orang tua yang terbaik untuk saya. Saya sangat terasa setelah papa saya ngga ada, banyak hal yang jadi ingat, mulai dari ajaran-ajaran papa, contoh yang baik dari papa, kasih papa yang banyak sekali ke saya dan keluarga. Motivasi yang tiada henti dari papa mama, “Mico ulang tahun kamu itu sangat spesial”, “Mico kamu paling kasep”, “Mico kamu sangat pintar”, dll. Yang membentuk saya sekarang.
Papa sering bangga bahwa papa tidak merokok, tidak main perempuan, tidak judi, tidak menipu orang, tidak ngobat, jujur, dll. Dan memang sepanjang saya melihat papa saya seperti itu. Papa berkali-kali dijahatin orang, ditipu orang, tetapi papa tidak pernah patah semangat, tidak pernah mengeluh berkepanjangan. Dan papa tidak terikat uang (mamon). Itu ternyata pengaruh ke perjalanan saya juga.
Tuhan juga memberikan sekolah yang terbaik (Taruna Bakti <- promo tidak berbayar), kampus terbaik (ITB), teman-teman baik yang terbaik. Juga istri yang terbaik bagi saya, istilahnya mah istri Amsal 31:10-habis. Anak-anak yang terbaik, keluarga istri yang terbaik, adik yang terbaik, keluarga adik yang terbaik. Beberapa jalan bisa saya pilih dan usahakan walaupun tetap Tuhan yang menentukan, tetapi beberapa tidak bisa saya pilih.
Perjalanan Papa dan saya pun setelah dirunut dan diingatkan istri, ternyata sangat indah, dari papa sakit, saya jadi sadar bahwa papa ternyata sudah tua, lalu mulai banyak quality time bersama papa dan keluarga, sampai papa ikut ke gereja sepanjang tahun (hampir tidak pernah bolong ke gereja). Keinginan papa pun tercapai semua, termasuk jalan-jalan dan photo di suatu tempat di Hongkong. Sebagian itu untuk papa, tapi saya merasa itu kenangan terbaik buat saya.
Papa sakit sudah berat, di ujung waktu papa pergi selamanya saya dan adik diberi kesempatan menemani, memegang tangan dan kakinya dan mengucapkan salam perpisahan (“Papa, ini Mico anak kesayangan papa” adik saya juga bilang “ini Billy”, saya bilang “jangan takut papa, itu ada Yesus”, dan 1 detik kemudian papa pergi untuk selamanya). (tambahan / 17 Juli 2022: Adik saya udah mulai menangis pas papa kelihatannya turun, dari pengukur oksigen turun terus. Terus Billy bilang ke saya “Mico, ini kaki papa sebelah dingin”. Pas papa pergi, Billy nangis… saya hari itu tidak menangis, baru setelahnya. Dan sampai sekarangpun masih suka meneteskan air mata. I think it’s the best time for him, tapi tetap sedih…).
Papa sering bilang kalau ketemu orang, bahwa yang paling berharga itu anak-anaknya, papa juga bangga dan sayang ama cucu-cucunya. Pesan papa terakhir “papa mau Mico Billy akur terus”, cuma itu. Istri saya bilang, bisa sebelum pergi selamanya, ditemani 2 anak yang sangat dikasihinya itu pasti papa senang dan tenang. Buat sayapun sangat bersyukur, saya sempat tertidur di rumah sakit, lalu tiba-tiba saya bangun dan pegang tangan papa. Itu singkat sekali waktunya, kalau terlambat beberapa menit saja sudah tidak tidak ada.
Kemaren saya masih sedih, saya merasa sangat kehilangan papa saya. Saya merasa sesuatu yang sangat mengasihi saya sudah ke Surga, Saya diingatkan kembali “kasih Tuhan tidak berkesudahan” masih akan terus menerus kasih Tuhan.
Terima kasih Tuhan untuk hadiah-hadiahmu. Maaf kadang lupa, ngedumel, dan tidak bersyukur, padahal udah dibilangin “selalu bersyukur dalam segala hal”.