Dulu, ada seorang teman baik saya cerita tentang “Kisah Seorang Montir“. Ceritanya seperti ini:
Pada suatu hari terdapat perusahaan yang memiliki banyak mesin. Suatu ketika beberapa mesin tersebut tidak bisa berjalan. Gusarlah pengusaha tersebut. Beberapa lama dia berusaha mencoba sendiri, menggunakan pegawai-pegawainya, sampai akhirnya setelah beberapa minggu buntulah jalannya. Pusing sudah investasi cukup banyak, tetapi mesinnya menganggur.
Ternyata dari obrolan-obrolan dengan orang-orang, diketahui bahwa ada seorang montir yang sangat hebat. Montir tersebut sangatlah pakar dan sangat terkenal seantero negeri. Akhirnya pengusaha tersebut mengontaknya, dan memohon agar montir tersebut mau membantunya. Setelah montir tersebut mendengar pemasalahannya, maka montir tersebut datang ke perusahaan pengusaha tersebut. Dengan perjanjian biaya yang tidak murah.
Setelah sampai di lokasi, montir tersebut berpikir. Lalu tidak lama kemudian dia mengeluarkan sebuah palu besar. Lalu dipukulnya satu bagian dari mesin-mesin tersebut. Dan jreng-jreng, mesin-mesin tersebut jalan dengan baik dan cepat. Pengusaha tersebut senang dan dongkol. Dipikirnya “Gile juga, gua harus bayar semahal itu. Padahal cuma dipukul gitu doang. Sialan gua ditipu“.
Tiba-tiba montir tersebut menerangkan tanpa ditanya (seperti punya kemampuan membaca pikiran). Dia bilang begini.
Memukulnya menggunakan palu memang sepertinya mudah. Tetapi mengetahui di mana harus memukulnya dan bagaimana mengkoneksikan problem dan solusinya itu tidak mudah. Perlu puluhan tahun saya mempelajarinya, belum berapa lama saya bereksperimen dan berapa banyak barang yang rusak karena percobaan saya . Selain itu, berapa banyak keuntungan potensial yang kamu hilang karena mesinmu rusak?
Malulah pengusaha tersebut, dan sangat merasa bersalah. Lalu cepat-cepat dia membayarnya, malah membayarnya lebih 2x lipat hampir 4x lipat kalau tidak ditolak ama Montirnya.. Lalu dia merangkul montir tersebut dan meminta maaf atas pikiran jahatnya. Dan sejak saat itu, pengusaha tersebut tidak suka memandang gampang pekerjaan orang lain.
—-
Moral of the story: Kita jangan memandang rendah pekerjaan orang lain, dan berpikir bahwa itu mudah. Bikin indomie aja kalau tangannya beda, bisa beda loh rasanya.
ps. teman yang menceritakan ini dulu: Samuel Franklyn. Tapi ceritanya agak dimodifikasi, lupa-lupa ingat soalnya.